Wednesday 13 November 2019

Pembagian Tafsir Berdasarkan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu (Bag. 2)

Pembagian Tafsir Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu  Pembagian Tafsir Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu (Bag. 2)


Baca pembahasan sebelumnya
Pembagian Tafsir Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu (Bag. 1)

Berikut ini pembagian tafsir Quran berdasarkan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang disebutkan dalam Tafsir Ath-Thabari : 1/34, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :

التفسير على أربعة أوجه : وجه تعرفه العرب من كلامها، وتفسير لا يعذر أحد بجهالته ، وتفسير يعلمه العلماء ، وتفسير لا يعلمه إلا الله

“ Tafsir (Alquran) terbagi menjadi empat macam, yaitu:
  1. Tafsir yang dikenal maknanya secara bahasa Arab
  2. Tafsir yang setiap orang (mukallaf) harus mengetahuinya
  3. Tafsir yang diketahui oleh ulama
  4. Tafsir yang hanya diketahui oleh Allah”.
Penjelasan
  1. Tafsir yang dikenal maknanya secara bahasa Arab
Tafsir jenis ini yaitu makna ayat Quran yang dipahami oleh bangsa Arab dari bahasa mereka dengan jelas.

Dengan demikian tafsir jenis ini hakekatnya yaitu memahami lafazh dalam ayat dengan mengembalikannya kepada makna bahasa (etimologi), dan gaya bahasa dalam bahasa Arab.

Tafsir ini meliputi tafsir lafazh-lafazh Alquran, dan gaya bahasa Quran dalam pembicaraan (Al-Asalib fil khithob), lantaran Quran diturunkan dengan bahasa bangsa Arab dan dengan gaya bahasa mereka yang dikenal dalam pembicaraan mereka.

Tafsir lafadz-lafadz dalam Alquran

Lafazh-lafazh yang dipakai dalam Quran itu sesuatu yang terang dan tidak samar bagi bangsa Arab secara umum, oleh lantaran itu anda dapatkan di kitab-kitab Tafsir, tafsiran Salaf  dari sisi etimologi dikala mereka menafsirkan kata-kata dalam ayat, seperti:  الصمد، والكفؤ، والفلق، والغاسق .

Meski demikian, sebagian orang Arab sanggup jadi tidak tahu sebagian makna dari lafazh-lafazh dalam Quran tersebut, disebabkan ia jarang mendengarkannya dalam pembicaraan kesehariannya, atau lafazh tersebut tidak biasa dipakai dalam bahasa kaumnya.

Sebagaimana Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah menyatakan bahwa dia tidak mengetahui makna «فاطر» dalam sebuah ayat, dia berkata:

كنت لا أدري ما فاطر السماوات والأرض حتى أتاني أعرابيان يختصمان في بئر ، فقال أحدهما : أنا فطرتها ، أي أنا ابتدأتها

Dulu saya tidak mengetahui apa makna { فاطر السموات والأرض} sampai ada dua orang badui yang berselisih ihwal sumur menemuiku, kemudian salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya : ‘ أنا فطرتها , maksudnya: ‘Sayalah yang mulai terlebih dahulu menciptakan sumur tersebut’”

Umar radhiyallahu ‘anhu pun pernah membaca surat ‘Abasa dari ayat ke-1 hingga pada ayat ke-31 :

وَفَاكِهَةً وَأَبًّا

dan buah-buahan serta rumput-rumputan [Q.S. ‘Abasa: 31].

Beliau menyampaikan :

Kami telah mengetahui makna “Al-Faaqihah”, maka apakah makna “Al-Abbu”?

Tafsir gaya bahasa Alquran

Gaya bahasa Quran dalam pembicaraan (Al-Asalib fil khithob) pun juga dikenal oleh bangsa Arab dalam bahasa mereka (bahasa Arab), contohnya firman Allah Ta’ala :

ذُقْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ

Rasakanlah, bekerjsama kau orang yang perkasa lagi mulia.(Q.S. Ad-Dukhaan: 49).

Bangsa Arab memahami gaya bahasa dalam ayat tersebut dari bahasa mereka, bahwa itu yaitu gaya bahasa “menghinakan dan memperolok-olok”, meski lafazh-lafazh dalam ayat tersebut dipakai untuk memuji, namun konteks kalimatnya menyampaikan makna menghina dan memperolok-olok.

Contoh lainnya, firman Allah Ta’ala :

قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ ۖ إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ

Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sholatmu menyuruh kau biar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki ihwal harta kami. Sesungguhnya kau yaitu orang yang sangat penyantun lagi berakal“.(Q.S. Hud:87)

Di final ayat ini terdapat gaya bahasa memperolok-olok, oleh lantaran itu, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:

يقولون : إنك لست بحليم ولا رشيد

(Hakekatnya, dalam ayat tersebut) mereka mengatakan: Sesungguhnya engkau bukanlah orang yang sangat penyantun lagi berakal.

Tafsir lafadz-lafadz dalam Quran lebih banyak dijelaskan oleh Salafush Sholeh daripada tafsir gaya bahasa Alquran

Meski tafsir lafadz-lafadz dalam Quran dan tafsir gaya bahasa Quran sama-sama dikenal oleh bangsa Arab melalui bahasa mereka, namun Salafush Sholeh, generasi awal umat ini, tidaklah memperluas klarifikasi ihwal gaya bahasa pembicaraan dalam Quran seluas klarifikasi ihwal makna lafadz, lantaran dikala itu tidak ada alasannya yang mendorong mereka untuk memperluas klarifikasi tentangnya, sedangkan mereka mempunyai perhatian besar pada pembahasan ihwal sesuatu yang membuahkan amal secara langsung, didsmping itu, ketidaktahuan seseorang terhadap makna lafadz itu pribadi kuat kepada ketidakpahamannya terhadap tafsir sebuah ayat.

Adapun orang yang tidak tahu gaya bahasa Quran masih memungkinkan baginya untuk mengetahui makna sebuah ayat.

Hukum mengetahui tafsir jenis ini

Hukum mengetahui tafsir yang dikenal maknanya secara bahasa Arab ini yaitu fardu kifayah, DR. Musa’id Sulaiman Ath-Thayyar, dalam kitabnya Fushulun fi Ushulit Tafsir, menjelaskan alasannya :

وهذا الوجه من فروض الكفاية، إذ لا يجب على كل مسلم معرفة جميع المعاني اللغوية والأساليب الكلامية الواردة في القرآن وقد يرتقي إلى الواجب إذا توقف عمل الواجب على هذه المعرفة

(Hukum tafsir) jenis ini termasuk farshu kifayah, lantaran tidaklah wajib bagi setiap muslim mengetahui seluruh makna (lafazh Quran secara) bahasa dan gaya bahasa Alquran, namun terkadang hukumnya sanggup menjelma fardhu ‘ain, yaitu dikala mengetahuinya menjadi syarat sanggup mengamalkan suatu amalan wajib.

Beliau juga memperkuat alasannya bahwa sebagian sahabat senior saja ada yang tidak mengetahui sebagian kata dalam Alquran, apalagi selain mereka dari kalangan non Arab.

(Bersambung, in sya Allah)

***

Penulis : Ust. 
banner
Previous Post
Next Post