Bulan Ramadhan Anugerah Allah Yang Agung (2)
in
Ramadhan
on December 06, 2019
Faktor Pendorong Syukur
Memang benar, perilaku insan dalam bersyukur itu bertingkat-tingkat, menurut tingkatan mereka dalam pengetahuan perihal faktor-faktor pendorong untuk bersyukur.
Di antara faktor pendorong yang sangat fundamental bagi seorang hamba untuk bersyukur ialah pengenalannya terhadap Sang Pencipta alam semesta ini dan Sang Pemberi nikmat, Allah Tabaraka wa Ta’ala. Di antara insan terdapat tipe orang yang mengenal Allah dengan mengenal perincian nama, sifat dan perbuatan-Nya serta mengenal keindahan makhluk-Nya dan kebesaran nikmat-Nya, sehingga hatinya terpenuhi kecintaan kepada-Nya, lisannya pun ringan memuji-Nya, diikuti ketundukan anggota badan dalam melaksanakan sesuatu yang diridhai-Nya. Iapun mengakui setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya dan dia pergunakan nikmat tersebut untuk taat dan beribadah kepada-Nya.
Namun, ada juga tipe insan yang menghinakan dirinya dengan teledor dalam mengingat Allah dan tidak mengenal-Nya, sehingga hal itu semakin menjauhkannya.
Keistimewaan Ramadhan Mendorong Seorang Hamba untuk Mensyukurinya
Bulan Ramadhan ialah bulan yang diberkahi sekaligus anugerah Allah untuk hamba-hamba-Nya, biar semakin bertambah keimanan orang-orang yang beriman dan biar segera bertaubat orang-orang yang bermaksiat. Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengkhususkan bulan ini dengan beberapa bentuk kekhususan dan mengistimewakannya dengan beberapa keistimewaan yang tidak terdapat dalam bulan-bulan selainnya.
Marilah kita merenungi sebagian dari kekhususan tersebut, biar semakin besar keagungan nikmat datangnya bulan Ramadhan ini di hati kita. Allah anugerahkan bulan Ramadhan kepada kita biar kita sanggup bersyukur kepada-Nya dengan sebenar-benar syukur dan sanggup beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benar peribadatan.
Bulan Ramadhan ialah Bulan Al-Qur’an
Bulan Ramadhan ialah bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi insan dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kau hadir (di negeri daerah tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki fasilitas bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kau mencukupkan bilangannya dan hendaklah kau mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kau bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185)
[bersambung]
[serialposts]
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Sumber : Muslim.or.id