Kmamesir.org.19/2/2015.Ujian Al-Azhar selalu menunjukkan sensasi ‘panas-dingin’ meski sudah diikuti berkali-kali. Tak heran, sehabis melewati penatnya ujian, masa-masa liburan sangat dinikmati mahasiswa. Setelah beberapa pekan libur, kuliah Al-Azhar kembali aktif. Bagi mahasiswa yang sudah larut dalam santainya liburan, sekarang saatnya bangun dan bangkit. Ubah kebiasaan usang menjadi lebih baik.
“Bongkar Kebiasaan Lama! Jadilah Yang Pertama! Mumtaz Milik Bersama!”Itulah tema aktivitas Grand Opening 100 Hari Menggapai Mumtaz (16/2). Acara ini merupakan aktivitas Departemen Pendidikan . Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari semester I. Acara yang dikhususkan bagi mahasiswa tingkat pertama ini bertujuan untuk memudahkan para mahasiswa gres mempersiapkan diri menghadapi ujian Al-Azhar nantinya.
Tepat pukul 15.00 Clt, Tgk Muzirwan selaku moderator membuka acara. Beliau memulai dengan dongeng Imam Syafi’i yang mengadukan ihwal sulitnya menghafal pada gurunya, Imam Waqi’. Kemudian gurunya menunjukkan sedikit pencerahan kepada beliau: “Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tak akan diberikan kepada orang-orang yang bermaksiat”. Begitulah kira-kira inti dari pencerahan tersebut.
Semangat penerima kian bangun ketika mendengar motivasi serta kiat-kiat berguru yang disampaikan oleh Tgk. Husni Nazir sang Motivator. Motivasi dan kiat tersebut dikutip eksklusif dari pengalaman ia sehabis 10 kali mengikuti ujian di Al-Azhar.
Cara ia memulai kalamnya dengan menjelaskan metode Syaikh Ramadhan Buthi dalam mengkaji suatu masalah, berhasil menarik perhatian peserta. Syaikh Ramadhan Buthi selalu mencari benang merah dari suatu dilema untuk ia kaitkan dengan hakikat manusia. Tgk. Husni memakai metode ini untuk mengaitkan antara menuntut ilmu dan hakikat manusia.
Di satu sisi seorang insan itu yaitu hamba Allah, yang berkewajiban menyembah Allah semata dan berusaha semoga Allah ridha terhadapnya. Di sisi lain, insan juga diberikan tanggung jawab oleh Allah untuk menjadi khalifah memakmurkan bumi ini. Salah satu caranya yaitu dengan ilmu. Nah, di sinilah titik temu antara keduanya. Beliau juga menegaskan, bahwa ujian hanyalah sebagai wasilah, bukan tujuan selesai dalam belajar.
Pemaparan ini terus berlanjut hingga kiat-kiat dalam membaca, memahami dan menghafal muqarrar (diktat) secara efektif. Juga mengenai kaidah-kaidah umum dalam menghadapi ujian menyerupai menambah kedekatan dengan Sang Pemilik Ilmu. Dalam sesi tanya jawab, penerima terlihat sangat puas atas jawaban-jawaban Beliau.
Acara diakhiri dengan santap malam.Atas izin Allah, aktivitas sederhana ini sukses dilaksanakan. Sederhana,tapi semoga membuahkan hasil yang memuaskan. [nh]