Oleh: Ardani Suburdin Daeman*
sumber foto (pexels.com) |
Setiap pemimpin ada masanya dan begitu juga setiap masa mempunyai pemimpinnya. Perkembangan zaman menuntut untuk adanya perubahan. Kasus dan situasi yang berbeda melahirkan sebuah kepemimpinan untuk menjawab segala hal tersebut.
Memanfaatkan momentum yang ada akan melahirkan sebuah perubahan. Sebaliknya, ketika gagal melihat sebuah momentum maka perubahan pun sulit untuk diwujudkan.
Michael H. Hart spesialis sejarah serta penulis masyhur berkebangsaan Amerika Serikat, yang menguasai banyak bidang ilmu. Di antara karyanya yang populer ialah “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History” (seratus tokoh-tokoh yang paling berpangaruh sepanjang sejarah) telah diterjemahkan ke banyak sekali bahasa. Michael menyebutkan Nabi Muhammad Saw. sebagai orang nomor satu yang membawa imbas besar pada dunia.
Hal ini terbukti ketika Islam mulanya berkembang di jazirah Arab. Dengan kebijakan-kebijakan Rasulullah Muhammad Saw. dalam dunia ilmu pengetahuan dan perpolitikan. Islam terus meluas tak hanya di masa hidup Rasul saja, melainkan sampai menyerupai yang kita rasakan ketika ini.
Islam mulai masuk ke Indonesia semenjak masa 10-11 Masehi dan menyebar luas pada masa 14-15 Masehi melalui usaha para Walisongo dan banyak sekali ulama di seluruh Indonesia. Indonesia terdiri dari keberagaman adab dan budaya, serta agama. Secara statistik dominan penduduknya beragama Islam, bahkan Indonesia merupakan populasi muslim terbesar dari seluruh negara-negara Islam yang mempunyai komunitas 13 persen lebih besar dari jumlah muslim dunia.
Sedikit mengupas kembali, arti dari muslim yaitu orang yang memeluk agama Islam. Dalam bahasa arab muslim berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman yang bermasdarkan Islam, bentuk faa'il-nya yaitu muslim berarti penganut agama Islam.
Muslim dan Islam ialah dua hal yang berbeda. Islam itu sempurna, sedangkan muslim ialah insan yang berusaha mengamalkan ketentuan-ketentuan dalam agama Islam sebaik mungkin, yang tentu saja sanggup salah dan benar.
Manusia sendiri mempunyai kelemahan yaitu salah dan lupa. Adanya kesalahan justru menciptakan kita akan terus berguru dan memperbaiki diri. Begitu juga dengan adanya lupa, hal ini semoga kita terus berusaha lebih mengingat dan senantiasa untuk terus mengulang-ulang.
Sejatinya Allah Maha Segalanya. Ketika kita salah kemudian bertaubat, Allah niscaya mendapatkan taubat hamba-Nya. Saat kita miskin dan meminta pada yang Maha Kaya, Allah akan memperlihatkan rezeki sesuai kadar yang telah ditetapkan untuk kita. Hanya saja untuk dikabulkan butuh proses waktu yang relatif.
Hai kawan, dunia memang bukan kawasan yang kekal. Tetap saja untuk menuju alam abadi yang senang kita harus berjuang di dunia.
Muhammad Al-Fatih, sang pemenang yang luar biasa. Sudah membaca dongeng juangnya? Diilustrasikan bahwa jawaban kekalahannya yang bertubi-tubi menyebabkan sebuah kekuatan dan semangat untuk terus mencoba.
Memang sih, cemoohan ataupun tanggapan orang lain yang menyampaikan "dasar si Fulan, sudah tahu kalah terus. Tetap saja ingin mencoba" kritikan semacam itu sanggup menjadi sebuah kekuatan untuk terus maju tanpa menyerah. Oleh alasannya ialah itu jangan dibalas. Akan tetapi, dibuktikan dengan niat yang berpengaruh seraya bersorak dalam hati, “Ya Allah kuatkan hamba dan berilah kemenangan tanpa kesombongan”.
Jadikan kritikan dan makian menjadi sebuah ucapan selamat dan tepuk tangan. Berandilah untuk kemajuan umat muslim dunia, dengan niat yang berpengaruh dan tekad yang besar. Tentu kesempatan senantiasa menghampiri setiap insan. Tak kenal kita anak buruh bangunan, anak dari seorang petani, atau anak pedagang dan lain-lain. Hanya mengenal kita benar-benar seorang pemberani atau pecundang.
Perjuangan kita ketika ini memang belum mencapai pada titik juang para pemimpin dunia. Akan tetapi, juang yang dimaksudkan ialah masih dalam ruang lingkup perkuliahan dan menuntut ilmu. Mendapat nilai rendah atau gagal bukanlah alasan untuk mengalah dan menyerah.
Seperti halnya dalam dunia kepenulisan. Untuk sanggup menulis sebuah karya, butuh banyak pengorbanan mulai dari goresan pena pertama yang ditolak, goresan pena penuh pengkoreksian dan coret-coretan kesalahan, kesudahannya karya tulis yang belum layak untuk dipublikasikan. Dengan demikian apakah kita menyerah? Tidak. Jika gagal maka coba lagi, kalau jatuh maka terus bangun dan perbaiki kesalahan. Kemajuan akan terasa seiring kita ingin bersabar, belajar, dan terus memperbaiki.
Tulisan ini tak bersifat menggurui. Kita semua ialah pejuang, yang kadang terjebak dalam kejenuhan. Rasa jenuh boleh saja, tetapi juga tidak lupa akan sasaran awal. ketika kaum muda ditanyakan ingin menjadi apa? dominan menjawab guru, pengusaha, tentara, polisi dan sebagainya. Hanya sebagian kecil yang berminat menjadi pemimpin adil, bertanggung jawab, menepati kesepakatan dan menjalankan perintah agama. Padahal untuk mewujudkan kemenangan muslim di dunia ada ditangan seorang pemimpin muda shalih serta muslih.
Ketika subuh tiba, bangun shalatlah! Usai salat wujudkan mimpi menjadi kenyataan, bukan tidur untuk melanjutkan mimpi.[]
*Penulis ialah mahasiswi tingkat 2 Universitas Al-Azhar.