Tuesday 1 October 2019

Upaya Menghentikan Kebiasaan Salah Titik Koma

Oleh : Muhammad Mutawalli Taqiyuddin*



(Image : pribadi) 


Judul buku : REUSAM (Rujukan Menulis Media KMA)

Pengarang : Tim Penyusun (As’adi Muhammad, Muhibussabri Hamid, Husni Nazir, Khalid Muddatstsir, Mawaddah, Nasruddin, Adlina, Nani Hidayati, Yasmin Thahira)

Tebal            : 150 halaman

Penerbit       : KMA Press

Tahun Terbit : 2015



Ilmu pengetahuan yang selama ini masih bertahan dan lestari hingga kini tak lain alasannya ialah masih berjalannya budaya tulis-menulis. Menulis ialah pekerjaan mulia, ulama terdahulu namanya selalu dikenang alasannya ialah produktifitasnya melestarikan ilmu pengetahuan di atas lembaran kertas. Hingga ketika ini atas rahmat Allah Swt. budaya ini masih terus berjalan.

Dalam dunia tulis menulis khususnya berbahasa Indonesia, perlu adanya kaedah-kaedah yang sudah ditentukan atau lebih dikenal dengan Kaedah Yang Disempurnakan (EYD). Terkadang kaedah-kaedah ini malah tidak diikuti bahkan diabaikan oleh mereka yang bergelut dalam dunia kepenulisan. Buktinya ada saja penulis yang masih salah dalam hal kaedah penulisan bahkan hingga pada hal titik koma pun masih bermasalah.

merupakan salah satu kekeluargaan yang beranggotakan seluruh masyarakat Aceh yang ada di Mesir. Dalam hal ini, KMA sangat memperhatikan dunia kepenulisan. Buktinya ialah dengan lahirnya buletin el-Asyi, terbentuknya website KMA hingga diselenggarakannya Sekolah Menulis KMA yang hingga ketika ini sudah ada 8 generasi. Buku REUSAM hadir sebagai anutan menulis untuk semua media tersebut.

Terbitnya buku REUSAM pula sebagai seruan tersirat biar seluruh warga KMA terjun serta memperhatikan dunia kepenulisan. Untuk memaksimalkan mesin-mesin pengetahuan dalam kemampuan tulis-menulis tersebut di KMA, maka dipilihlah REUSAM sebagai panduan. Untuk penamaan, REUSAM sendiri diambil dari bahasa Arab, yaitu Ar-Rusum bentuk jama’ dari Ar-Rasm. Dalam tatanan bahasa Aceh, REUSAM mempunyai makna keprotokolan. Dapat disimpulkan bahwa maksud judul buku ini ialah sebagai hukum protokolan kepenulisan media KMA.

Kelebihan dari buku REUSAM ialah bahasanya yang gampang dipahami semua kalangan terutama pelajar. Jika dibandingkan, buku ini tidak kalah ilmiah dengan buku-buku Bahasa Indonesia untuk setingkat SMA. Bahkan ada buku bidang studi Bahasa Indonesia yang memakai bahasa lebih rumit dari buku REUSAM.

Maka dari itu buku ini juga bisa memudahkan siswa-siswa setingkat SMA/MAN dalam memahami kaedah kepenulisan. Memang objek utama dituliskannya ialah untuk para warga KMA yang bergelut dalam media, tapi bagi peresensi sendiri, tak ada duduk kasus kalau buku ini dijadikan kaedah umum kepenulisan media lain. Dapat dilihat juga dari daftar pustaka sebagai acuan penyusunan, buku ini diambil dari sumber-sumber yang benar-benar standar di negara kita Indonesia.

Jika anda bergabung dalam media KMA, maka sangat sering disinggung dan diperingati berkali-kali duduk kasus EYD. Selalu diingatkan bahwa kalau bisa, titik koma itu janganlah menjadi kesalahan yang terus-menerus terulang. Oleh alasannya ialah itu, buku REUSAM ialah sebagai upaya untuk menghentikan kebiasaan salah titik koma (EYD).

Bab pertama diisi dengan pendahuluan, sebagai latar belakang mengapa disusun buku ini. Kemudian pada bab kedua membahas anutan umum ejaan, dalamnya dibahas pemakaian aksara (kapital miring) dan penulisan kata mulai dari kata dasar hingga pembahasan kata 'si' dan 'sang'.

Pada bab ketiga dipaparkan pembahasan mengenai gaya selingkung yang diisi dengan anutan transliterasi, istilah keislaman, kosakata khas serta penulisan singkatan dan akronim. Bab keempat membahas bahasa jurnalistik, diisi dengan menulis hemat, menulis jelas, tujuh elemen goresan pena yang baik dan tujuh kegagalan tulisan.

Bab kelima diisi dengan beberapa panduan menulis menyerupai menulis berita, artikel, features, biografi dan autobiografi, resensi buku, hikayat dan panduan mengedit. Bab terakhir yaitu keenam mempresentasikan atau mensosialisasi beberapa media KMA antara lain el-Asyi, website KMA dan Zawiyah. Kemudian buku ini ditutup dengan beberapa komentar atau quote dari para penulis KMA.

Jika semua materi yang dipaparkan dipahami dengan baik, maka pemahaman tersebut sanggup dipakai terus menerus bahkan hingga masuk ke media-media ternama di Aceh bahkan di level nasional. Itulah sinopsis dan beberapa kelebihan yang menjadi zat buku ini.

Kemudian perlu diketahui, buku ini juga termasuk buku yang perlu dievaluasi. Dari segi pembahasan utama buku, seharusnya untuk serpihan ‘Pendahuluan’ menjadi serpihan tersendiri, bukan termasuk ke dalam ‘Bab I’ yang selayaknya sanggup diisi dengan pembahasan utama. Karena pendahuluan biasanya berisi latar belakang mengapa buku ini ditulis dan itu lebih baik dimasukkan dalam serpihan khusus. Contohnya pembahasan ‘Pedoman Umum Ejaan’ masuk ke dalam Bab I dan seterusnya. Ini akan menjadi materi kritik tersendiri dari para kritikus buku.

Jika diteliti lebih dalam lagi, pada pembahasan anutan menulis features, bagi anda yang belum pernah mendengar apa itu features, kemungkinan sehabis membaca pembahasan ini, anda masih belum tergambar bagaimana goresan pena features. Sebabnya ialah alasannya ialah tidak ada definisi pastinya, hanya ditulis bagaimana menulis features yang baik dan aspek-aspek lainnya, tapi definisinya belum jelas. Bagaimana seseorang bisa menulis features yang baik kalau gambarannya saja belum jelas.

Maka dari itu menjadi penilaian di serpihan ini dengan menambahkan definisi tetapnya. Kemudian masih dalam pembahasan serpihan pedoman, seharusnya semua anutan yang sudah dijelaskan ditambah dengan satu pola goresan pena penuh dari isu atau features. Ini bertujuan untuk memperkuat citra pembaca.

Dari beberapa materi penilaian tersebut, maka selayaknya buku ini harus diperbaharui dengan dicetak edisi selanjutnya, tentunya dengan pemanis beberapa unsur tadi.

Kesimpulannya, buku ini bisa mengubah mereka yang kurang paham dengan kaedah kepenulisan dalam bahasa Indonesia menjadi paham sehingga menjadi penulis yang handal alasannya ialah sanggup menciptakan penulisnya berhenti dari kebiasaan salah EYD.

Buku ini perlu dibaca oleh seluruh warga KMA maupun non-KMA biar menjadi pemanis wawasan individu dalam dunia kepenulisan. Untuk cetakan selanjutnya, mungkin bisa ditambahkan dengan pembahasan “Ilmu Lingusitik dan Sintaksis” serta profil “Sekolah Menulis KMA” yang kini sudah banyak menerbitkan banyak karya, serta tambahan-tambahan menyerupai definisi features dan banyak sekali pola goresan pena penuh dari pedoman-pedoman yang sudah dijelaskan. Itu semua dirasa akan menjadi penilaian yang baik bagi kelangsungan buku ini. Wallahu A’laa wa A’lam.[]

*Penulis ialah mahasiswa tingkat I Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin.

banner
Previous Post
Next Post