Monday, 6 January 2020

Wasiat Terakhir

Google Image

Oleh: Husni Nazir Lc., 
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Azhar, Mesir.

Semua kita sedang mengantri di depan pintu kematian. Hanya saja kita tidak pernah tau di mana posisi kita sekarang. Di belakangkah, tengah, atau justru paling depan.

Di salah satu sudut kota Damaskus, hiduplah seorang cowok sederhana bersama kedua orang tuanya. Setiap pagi, dengan memakai sepeda, ia menantang mentari membelah jalanan kota menuju ke daerah kerja.

Tidak menyerupai cowok lainnya. Selain bekerja, sisa waktu ia habiskan menghadiri pengajian di mesjid-mesjid. Di waktu kosong, ia selalu sibuk beribadah, komat-kamit dengan zikir dan Al-Quran.

Sampai suatu hari, dalam perjalanan pulangnya sebuah kendaraan yang melaju cepat lepas kendali. Naas, tanpa dapat mengelak kendaraan tersebut sempurna mengarah ke arahnya.

Si cowok jatuh. Nafasnya berhenti dalam hitungan menit. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.

Tak usang kemudian. Jasad tanpa ruh dan bangkai sepeda itu sudah penuh kerumunan masa. Satu persatu katong baju dan celananya diperiksa. Mereka mencoba mencari isu siapa dan dari mana cowok ini.

Entah apa saja yang mereka temukan. Yang penting ada secarik kertas yang terlipat rapi di sana. Mereka mencoba membaca kertas tersebut, dengan impian ada info perihal si pemuda.

Namun percuma. Itu bukan kertas alamat. Ternyata Itu yaitu kertas wasiat yang telah ia siapkan, jikalau saja tiba-tiba maut menjemputnya. (Ah, bukankah ia hanya seorang cowok sederhana.)

Wasiat tersebut bukan perihal harta, tapi pesan terakhir kepada orang tuanya.

Disana tertulis, "Wahai ayah dan ibuku. Terima kasih dari anakmu, engkau telah membesarkan dan mengajarkan saya Islam. Terima kasih atas benih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang engkau tanamkan dalam hatiku.

Sebagai ganti, saya berwasiat kepadamu, jikalau suatu ketika maut menjemputku, tetaplah engkau berdua dalam taat dan patuh pada syariat Allah. Semoga kita akan bertemu lagi di Syurga-Nya nanti."*

*Dikisahkan oleh Syeikh Ramadhan Al Buthi dalam Pengajian kitabnya Min Sunanillah fi Al-Kaun.
banner

Related Posts: