Saturday 14 March 2020

Hadits - Pentingnya Menjaga Lisan

عَن مُعَاذ بن جَبَلٍ رضي الله عنه قَالَ: قُلتُ يَا رَسُولَ الله أَخبِرنِي بِعَمَلٍٍ يُدخِلُني الجَنَّةَ وَيُبَاعدني منٍ النار قَالَ: (لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللهَ لاَتُشْرِكُ بِهِ شَيْئَا، وَتُقِيْمُ الصَّلاة، وَتُؤتِي الزَّكَاة، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ البَيْتَ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الخَيْرِ: الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلاةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ ثُمَّ تَلا: (تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ) حَتَّى بَلَغَ: (يَعْلَمُونْ) (السجدة: 16-17) ثُمَّ قَالَ: أَلا أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَارَسُولَ اللهِ، قَالَ: رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ وَذروَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ ثُمَّ قَالَ: أَلا أُخبِرُكَ بِملاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَارَسُولَ اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ يَانَبِيَّ اللهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَامُعَاذُ. وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَو قَالَ: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلسِنَتِهِمْ) – رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح

Terjemahan:

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Aku berkata : “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang sanggup memasukkan saya ke dalam nirwana dan menjauhkan saya dari neraka”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Engkau telah bertanya wacana masalah yang besar, dan bahu-membahu itu ialah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah”. Kemudian ia bersabda : “Inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu ialah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam”. Kemudian ia membaca ayat : “Tatajaafa junuubuhum ‘an madhaaji’… sampai …ya’maluun“. Kemudian ia bersabda: “Maukah kalau saya beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal ialah Islam, tiang-tiangnya ialah shalat, dan puncaknya ialah jihad”. Kemudian ia bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu wacana kunci semua masalah itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka ia memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) alasannya ialah apa yang kami katakan?” Maka ia bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan pengecap mereka?” (HR. Tirmidzi, ia berkata : “Hadits ini hasan shahih)

[Tirmidzi no. 2616]

Penjelasan:

Sabda ia “engkau telah bertanya wacana masalah yang besar, dan bahu-membahu itu ialah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala”, maksudnya bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah kemudian diberi petunjuk untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan agama secara benar, yaitu menyembah kepada Allah tanpa sedikit pun menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Kemudian sabda ia “mengerjakan shalat”, yaitu melaksanakannya dengan cara dan keadaan paling sempurna. Kemudian ia menyebutkan syari’at-syari’at Islam yang lain, menyerupai zakat, puasa dan haji.

Kemudian sabda ia “inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu ialah perisai”, maksudnya ialah selain puasa Ramadhan, alasannya ialah puasa yang wajib telah diterangkan sebelumnya. Jadi, maksudnya ialah banyak berpuasa sunnat. Perisai maksudnya ialah puasa itu menjadi tirai dan penjaga dirimu dari siksa neraka.

Kemudian sabda ia “shadaqah itu menghapuskan kesalahan”. Maksud shadaqah di sini ialah zakat.

Sabda ia “shalat seseorang di tengah malam”.

Kemudian ia membaca ayat :
“Lambung mereka jauh dari daerah tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Maka suatu jiwa tidak sanggup mengetahui apa yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu tanggapan yang menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”.
(QS. As Sajadah 32 : 16-17)

maksudnya orang yang shalat tengah malam, dia mengorbankan kenikmatan tidurnya dan lebih mengutamakan shalat alasannya ialah semata-mata mengharapkan pahala dari Tuhannya, menyerupai tersebut pada firman-Nya : “Maka suatu jiwa tidak sanggup mengetahui apa yang dirahasiakan untuk mereka, yaitu tanggapan yang menyejukkan mata, sebagai ganjaran dari amal yang telah mereka lakukan”. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Allah sangat membanggakan orang-orang yang melaksanakan shalat malam di ketika gelap dengan firman-Nya dalam sebuah Hadits Qudsi : “Lihatlah hamba-hamba-Ku ini. Mereka berdiri shalat di gelap malam ketika tidak ada siapa pun melihatnya selain Aku. Aku persaksikan kepada kau sekalian (para malaikat) sungguh Aku sediakan untuk mereka negeri kehormatan-Ku”.

Sabda ia : “Maukah kuberitahukan kepadamu wacana kunci semua masalah itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka ia memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) alasannya ialah apa yang kami katakan?” Maka ia bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan pengecap mereka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengumpamakan masalah ini dengan unta jantan dan Islam dengan kepala unta, sedangkan binatang tidak akan hidup tanpa kepala.

Kemudian sabda ia “tiang-tiangnya ialah shalat”. Tiang suatu bangunan ialah alat penyangga yang menegakkan bangunan tersebut, alasannya ialah bangunan tidak akan sanggup berdiri tegak tanpa tiang.

Sabdanya “puncaknya ialah jihad”, artinya jihad itu tidak tertandingi oleh amal-amal lainnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Ia berkata bahwa ada seseorang lelaki tiba kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kemudian berkata :
“Tunjukkan kepadaku amal yang sepadan dengan jihad”. Sabda ia : “Tidak saya temukan”. Kemudian sabda ia : “Adakah engkau sanggup masuk ke dalam masjid, kemudian kau melaksanakan shalat Lail tanpa henti dan puasa tanpa berbuka selama seorang mujahid pergi (berperang)?” Orang itu menjawab : “Siapa yang sanggup berbuat begitu!”

Sabdanya : “maukah kuberitahukan kepadamu wacana kunci semua masalah itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasullah”. Maka ia memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”, maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggalakkan dia pertama kali untuk berjihad melawan orang kafir, kemudian dialihkan kepada jihad yang lebih besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu, menahan perkataan yang menyakitkan atau menimbulkan kerusakan alasannya ialah sebagian besar insan masuk neraka alasannya ialah lidahnya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan pengecap mereka?” Penjelasannya telah ada pada Hadits riwayat Bukhari dan Muslim yang berbunyi :
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari alam abadi hendaklah ia berkata baik atau diam”.

Demikian juga pada Hadits lain disebutkan :
“Barang siapa memberi jaminan kepadaku untuk menjaga apa yang ada di antara kedua bibirnya dan apa yang ada di antara kedua pahanya, maka saya jamin dia masuk surga”
banner
Previous Post
Next Post