Sunday 6 October 2019

Al-Azhar, Impian Bagi Persatuan Umat Islam Dan Dunia

Oleh: Ali Akbar Alfata*
Ulama Al-Azhar. (Image: Azhar.eg)
Islam telah menempuh perjalanan yang begitu jauh hingga hingga ke titik hari ini. Tentu saja, kita semua telah mengetahui banyak sekali kelemahan Islam di kala modern ini, kelemahan itu bisa disebabkan oleh pemeluknya ataupun musuhnya. Kelemahan ini yang hasilnya menjadikan perpecahan dan kontradiksi dalam Islam itu sendiri. Hal ini yakni realita yang tidak sanggup kita pungkiri lagi. Bukan juga merupakan hal baru, apabila dikatakan bahu-membahu tujuan Al-Azhar, sebagai instansi Islam terbesar dan tertua dunia, dalam hiruk pikuk yang terjadi hari ini, mempunyai impian mulia, yaitu persatuan umat Islam, tentu, ini yakni impian yang telah mewakili setiap umat Islam hari ini yang sudah jenuh dengan banyak sekali perpecahan hari ini.



Persatuan umat yang didambakan ini tidak hanya angan-angan belaka bagi Al-Azhar. Namun, hal ini benar-benar diimplementasikan melalui gaung-gaung persatuan dan perdamaian yang diserukan di banyak sekali penjuru dunia. Al-Azhar senantiasa menjadi wadah umat Islam dan dunia yang haus akan persatuan, lantaran persatuanlah yang akan mengeluarkan kekuatan serta kekokohan umat. Benar lah kata seorang penyair Arab : 

تأبى الرماح إذاجتمعن تكسرا فإذافترقن تكسرت آحادا 

Apabila tombak-tombak itu disatukan, ia tidak akan patah, akan tetapi apabila ia dipisahkan, ia sanggup patah terpisah-pisah.

Permasalahan terkait persatuan umat Islam telah menjadi perhatian utama Al-Azhar semenjak beralihnya kekuasaan dari Fathimiyyah dan membentengi aqidah Ahlussunnah wal Jamaah hingga hari ini. Dalam perjalaan Islam, Al-Azhar telah berperan besar dalam mengajarkan nilai-nilai risalah Islam kepada segenap umat dunia atas dasar yang teguh nan kuat, juga menelisik kaidah serta keindahan bahasa arab serta turast Islam yang diiringi dengan pemahaman yang benar dan berpengaruh akan Al-Quran dan Sunnah.

Al-Azhar telah menjalani hal ini selama 1000 tahun lebih, menurunkan buah pikir ini dari masa ke masa, dengan melewati banyak sekali kondisi sulit serta segala tantangannya, tapi tetap bisa berdiri tegak berpegang teguh pada tali (agama) Allah, berada di jalan-Nya yang lurus, dan terus menghadapi banyak sekali kontradiksi dan kekacauan serta konflik yang benihnya ditanamkan oleh musuh-musuh Islam, kemudian disambut oleh orang-orang awam, dan hasilnya seluruh umat Islam yang harus menanggung rasa sakit ini dan harus membayar dengan harga yang mahal. 

Al-Azhar dalam perjalanannya menggapai persatuan umat Islam, tidak lelah-lelahnya mengingatkan hal yang seringkali tidak disadari oleh umat, bahwasanya, Ahlussunnah wal jamaah yakni lebih banyak didominasi umat Islam yang berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah, mengagungkan para sobat baginda Nabi Muhammad, serta berpegang pada turats yang telah ditinggalkan oleh ulama-ulama terdahulu, mulai dari mutaqaddimin hingga mutaakhirin, di antaranya yakni Imam bubuk Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali. Demikian pula ulama-ulama lain menyerupai Imam Asy’ari, Maturidi, Junaid Baghdadi, Harits Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, Al-Ghazali, serta ulama hadis dan andal fikih; dari masa Bukhari, Muslim, hingga kepada Ibnu Aqil, Ibnu Al-Jauzi, Ibnu Qudamah, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim Al-Jauzi, Ibnu Daqiq Al-‘ied, Al-Subki, Ibnu hajar, Al-Syatibi, Al-Suyuthi, rahmatullah alaihim; semuanya yakni orang yang telah menghidupkan budaya intelektualitas kita, begitu juga mereka lah yang telah mengembangkan syariat kita yang meliputi seluruh umat insan apapun bahasanya, dan berkembang ke setiap wilayah penjuru dunia. 

Setiap penuntut ilmu niscaya mengetahui bahwa para Imam Asya’irah menetapkan dalam kaidahnya, pada kata “Ahlussunnah wal Jamaah” , istilah yang menghimpun Asya’irah, Maturidiyyah, hingga para andal hadist, menyerupai yang diurarakan Imam Ar-Razi dan Al-Isfarayni dalam kitab At-Tabshir. Hal ini menawarkan bagaimana Ahlussunnah wal Jamaah sebagai istilah penghimpun banyak sekali golongan ini sebagai lambang persatuan umat Islam. 

Al-Azhar menilai bahu-membahu persatuan bukan hanya permasalahan teoritis yang didapatkan di banyak sekali tumpuan terpercaya Ahlussunnah wal Jamaah saja. Namun, ia benar-benar diimplementasikan secara faktual dan jelas, penyelenggaraan pendidikan di Al-Azhar selalu diwarnai dengan corak fatwa yang seimbang, memadukan antara intelektualitas yang moderat dan aqidah teguh terkait dengan persatuan umat Islam selama mereka masih berkiblatkan Ka'bah Baitullah. 

Sebagai bukti, Al-Azhar dalam perjalanan pendidikannya, mempunyai tenaga pengajar yang merupakan ulama yang muktabar dengan banyak sekali latar belakang dan perspektif yang berbeda, ulama Al-Azhar dari masa ke masa mempunyai ciri khas yang sangat luar biasa. Mereka dalam setiap penelitiannya selalu saja mempunyai pengamatan yang luas, dan pada hakikatnya, setiap sebuah pengamatan itu meluas, pastilah sumber fatwa yang dimiliki beragam, seorang peneliti yang mempunyai pengamatan yang luas tidak akan berpegang pada satu sumber, atau pada satu pemikir, atau pada satu mazhab tertentu, fatwa yang menyerupai inilah yang hasilnya menyelamatkan kita dari radikalisme serta fanatisme dan akan menerima keluasan hati dan elastisitas dalam berpikir. 

Oleh lantaran itu, Al-Azhar di bawah komando Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Ath Thayyeb, sangat memperhatikan elastisitas tersebut dalam kurikulum dan diktat-diktat kuliahnya, supaya mahasiswa Al-Azhar terbiasa berinteraksi dengan banyak sekali teks para imam dengan banyak sekali latar belakang berbeda, menanamkan spirit moderatisme dalam hati setiap mahasiswanya; mengurangi dan menghilangkan segala kecenderungan fanatisme dan ekstremisme. Semakin jauh ke depan, Al-Azhar menjadikan topik persatuan umat Islam sebagai pesan utama untuk dunia hari ini, lantaran dengan adanya persatuan, perpecahan akan sirna, dan kelemahan dan kehinaan yang telah disematkan pada kita akan sirna pula.

Dalam banyak sekali kesempatan, Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad Thayyeb, selalu mengampanyekan perdamaian lintas agama, dan mengecam segala tindakan yang menghasut kebencian dan permusuhan di antara sesama insan dan umat beragama. Meskipun banyak sekali perjuangan yang Al-Azhar lakukan hingga hari ini, tidak sanggup dipungkiri memang belum bisa kita katakan selesai. Namun, itulah impian mulia Al-Azhar dan umat dunia untuk menciptakan dunia sebagai kawasan yang nyaman bagai seluruh makhluk.


Tentulah, gaung persatuan ini haruslah diteruskan dan disambut serta dipikul oleh duta-duta muda Al-Azhar dari banyak sekali penjuru dunia, kita dilarang goyah akan permusuhan serta perpecahan yang musuh Islam tanamkan di dalamnya. Kita senantiasa merangkul umat pundak membahu membangun agama ini menuju persatuan yang diharapkan, persatuan ini akan terwujud dengan undangan duta-duta muda Al-Azhar yang telah ditempa dengan fatwa Al-Azhar yang luhur. Sebagai Anak Al-Azhar, tentulah kita telah mengakui bahu-membahu kita berpegang teguh pada Al-Quran, yang di dalamnya ada titah-Nya yang mulia, 

ولا تنازعوا فتفشلوا و تذهب ريحكم و اصبروا...

“ Dan janganlah kalian berbantah-bantahan yang mengakibatkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah...”[]

*Penulis yakni mahasiswa tingkat satu Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo.
banner
Previous Post
Next Post