Monday 24 February 2020

Merayakan Idul Adha Di Matarea Mesir

Oleh; Abdul Hamid M Djamil

Merayakan lebaran di negeri orang ialah satu hal yang menyedihkan. Kenapa tidak, hari-hari senang yang seharusnya dirayakan bersama keluarga, orang bau tanah dan tetangga harus dirayakan tanpa kehadiran mereka.  Tapi ini semua tidak menjadi satu hambatan bagi kami yang berdomisili di Matarea, hatta menciptakan kami sedih. Karena di sini kami punya cara tersendiri dalam mengisi posisi keluarga, orang bau tanah dan tetangga dalam merayakannya.

Matarea ialah sebuah distrik yang terletak di tempat Mesalla, berposisi di cuilan timur kota Kairo, Egypt. Di sebuah Imarah (semacam apartemen) yang terletak di distrik inilah kami tinggal. Status kami ialah pelajar yang sedang melanjutkan kuliah di universitas al-Azhar. Bila dilihat dari jenjang perkuliahan, di Matarea ada yang sedang kuliah di License (S1), dan ada juga yang sedang menuntaskan tamhidi (S2) bahkan ada yang sedang melanjutkan jadwal Doktoral.

Sebagai orang Aceh kita sudah tahu akan budpekerti istiadat Negeri kita, di mana sebelum lebaran datang orang Aceh sudah menyiapkan banyak sekali macam kuliner buat tamu-tamu hari raya. Hal ibarat ini menjadi sebuah kesibukan kami di sini, menciptakan camilan anggun dan kuliner hari raya buat tamu-tamu. Biasanya kami menciptakan camilan anggun dan kuliner yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Aceh, ibarat Bakso, Rendang, Kue Bawang, turut juga disandingi Cendol ala Aneuk Naggroe.

Dalam proses menciptakan Bakso bukanlah hal yang rumit bagi kami, sebab alat dan bumbunya gampang dijangkau. Paling satu atau dua dari bumbu khas kuliner ini yang tidak ada di Matarea. Diantara bumbu-bumbu yang kami gunakan untuk menciptakan Bakso adalah: Lahm (daging), Nisya (tepung), Backing Powder (pengembang), 'Asal Eswid (sejenis kecap), Masurah (tulang Sapi/Kerbau), Dihn/Dunh (gapah sapi), Dagagah (Ayam), Khil (cuka), Baiz Ahmar (telur merah) ,Baiz Baladi (boh manoek gampoeng), Khas (daun sawi) dan lain-lain. Dengan terhidangnya Bakso ini sudah menciptakan rasa rindu terhadap kuliner Bunda sedikit terkendali.

Di sini kami juga menyaksikan jadwal Qurban. Uniknya, binatang yang diqurban di sini jauh lebih berbeda dengan di Aceh,. Kalau di Aceh binatang qurban hanya berkisar dari jenis Kambing, Sapi, dan Kerbau. Sedangkan disini binatang yang dijadikan qurban terdiri dari Sapi, Kerbau, Kambing, Unta, Kharuf (sejenis biri-biri) dan lain-lani.  Yang paling mengharukan ialah dikala penyembelihan Unta, binatang ini jauh berbeda dengan binatang lain. Saat disembelih tidak pernah memberontak, tapi bangkit dengan tenang. Sehingga tukang sembelih pun tidak memerlukan tali untuk mengikatnya.

Merayakan lebaran di Matarea juga ada keunikan tersendiri. Dimana rakyat Mesir lebih meriah merayakan Idul Adha ketimbang Idul Fitri. Kaum ekonomi menengah yang tinggal di Matarea pun tak segan-segan mengeluarkan uang untuk membeli binatang qurban. Sehingga orang-orang kurang bisa (kaum dhu'afa) pun merasa puas dan senang dalam merayakan lebaran.

Disamping itu, dilihat dari segi permainan bawah umur itu pun sangat terbatas yang main bedil-bedilan. Sehingga kita yang lalu-lalang dihadapan mereka tidak merasa takut dengan 'Aneuk Budee' nyasar yang konon katanya pernah 'terbidik' mata orang di Aceh. Di malam harinya kami juga bersilaturrahmi ke rumah-rumah mahasiswa Aceh yang sudah berkeluarga, di sini mereka menjadi pengganti orang bau tanah kami di Aceh.  Tradisi silaturrahmi ini sebagai upaya menjaga nilai-nilai Islam yang sudah usang bersemi dan mengakar besar lengan berkuasa di tanah Aceh.



banner
Previous Post
Next Post