Setelah melaksanakan ibadah haji, para jama’ah akan pulang ke tanah air masing- masing dengan kondisi suci, bagaikan bayi yang gres lahir dari sang ibu.
Haji merupakan rukun Islam terakhir sehabis shalat, puasa dan zakat. Dalam Al Alquran Allah berfirman:
ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا
Artinya: Dan (diantara) kewajiban insan terhadap Allah yakni melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu. (Ali ‘Imran: 98)
Dalam hadis Rasulullah Saw. bersabda:
وحج البيت وصوم رمضان
Artinya: Dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah dan berpuasa pada bulan Ramadhan(H.R. Bukhari dan Muslim)
Setiap perintah yang disyariatkan dalam islam, mempunyai pesan yang tersirat yang besar bagi umat insan itu sendiri. Hikmah tersebut bisa disimpulkan dalam dua pesan yang tersirat besar berikut ini;
Pertama: untuk menyambung korelasi antara insan dengan tuhannya.
Kedua: untuk menjaga korelasi sesama manusia.
Hikmah yang pertama, merupakan tujuan dasar daripada penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sangat terperinci Allah nyatakan dalam Al Quran:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Artinya: Aku tidak membuat jin dan insan melainkan semoga mereka beribadah kepada-Ku.(Az Zariyat: 56)
Sedangkan pesan yang tersirat yang kedua, ia sangatlah penting bagi insan dalam mengemban amanah yang sangat besar dari Allah SWT., sebagai khalifah-Nya untuk melestarikan bumi.
Pelestarian bumi tidak akan tercipta tanpa adanya korelasi yang baik antara insan yang satu dengan lainnya, alasannya yakni secara ilmu mantiq, bagaimana meng-ishlah-kan yang lain, sedangkan diri sendiri belum shalih. Dalam kaidah dikatakan “fakid as syaik la yu’thi” (yang tidak mempunyai sesuatu tidak akan pernah bisa memberi)
Selanjutnya, al ishlah baina an nas (memperbaiki korelasi sesama manusia) tidak akan tercapai kecuali dengan adanya budpekerti yang mulia. Oleh alasannya yakni itu, Allah Swt. menurunkan syariatnya untuk memperbaiki budpekerti manusia.
Jika kita perhatikan ayat- ayat Al Alquran maupun hadis yang mengandung taklif bagi manusia, kita akan menemukan bagaimana syara’ mengiringi perintah tersebut dengan pesan yang tersirat yang membawa kepada terbentuknya budpekerti yang mulia dalam diri manusia. Baik itu secara manthuq(jelas disebutkan dalam Al Alquran atau hadis) maupuan secara mafhum (secara pemahaman/tidak langsung).
Misalnya,dalam perintah shalat Allah mengatakan:
وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر
Artinya: Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.(Al ‘Ankabut: 45)
Dalam ayat as shiyam (puasa) Allah mengatakan:
يايها الذين ءامنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya: Wahai orang- orang yang beriman! Diwajibkan atas kau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kau semoga kau bertakwa.(Al Baqarah: 183)
Maksud dari takwa yakni menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya. Diantara sejumlah perintah Allah yakni menjaga hak dan kewajiban sesama manusia.
Dalam ayat zakat Allah berfirman:
خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها
Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka. (At Taubah: 103)
Dalam ibadah haji Allah berfirman:
فمن فرض فيهن الحج فلا رفث ولا فسوق ولاجدال في الحج
Artinya: Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah ia berkata jorok (rafast), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. (Al Baqarah: 197)
Dari sini terperinci terlihat bagaimana islam menaruh perhatian besar kepada budpekerti yang mulia. Maka sangatlah tidak berlebihan dikala Rasulullah menyampaikan “sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan budpekerti yang mulia.”
Suatu dikala Rasulullah ditanyakan oleh sahabatnya “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling afdhal (baik)?” Rasulullah menjawab: “ berkelakuan baik.”
Rasulullah juga menyampaikan “ orang yang paling akrab denganku di hari final zaman yakni yang paling baik akhlaknya diantara kamu”.
Wahai, umat islam! Akhlak yang baik merupakan tujuan yang dibutuhkan dari pelaksaan perintah Allah. Sungguh tidak berarti amalan yang kita lakukan, seandainya ia tidak bisa membentuk kita menjadi insan yang sempurna, alasannya yakni budpekerti yang mulia.
Dengan budpekerti yang mulia inilah korelasi sesama insan akan tercipta, dengan demikian kita akan semakin akrab dengan tujuan kita sebagai khalifah, untuk memakmurkan bumi Allah ini.
Tanpa akhlak yang mulia, kejayaan yang kita impikan hanya akan berakhir dalam sebuah angan-angan dan harapan. Karena islam yakni agama yang mulia, maka ia tidak akan berjaya kecuali ditangan orang- orang yang mulia pula.
======
intisari khutbah Jum’at (18/10/2013), di Mesjid Madinah Al Bu’uts Al Islamiyah, disampaikan oleh Syeikh Ahmad Husein, Wakil Kuliah Dakwah Islamiah, Universitas Al Azhar, Kairo. (HN)